Let's Go Literacy

Permainan Tradisional

Saat ini jenis permainan rakyat Betawi sudah mulai sulit untuk ditemukan. Faktor penyebab yang paling berpengaruh adalah keadaan geografis Jakarta yang sudah berubah dan perkembangan teknologi yang makin canggih. Tanaman-tanaman yang dulu tumbuh subur di halaman-halaman, kini sudah semakin jarang ditemukan, padahal tanaman-tanaman ini sering menjadi bahan untuk membuat alat-alat permainan tersebut. Ruang terbuka yang semakin terbatas juga merupakan satu alasan, beberapa permainan semakin hilang keberadaannya. Lapangan atau tanah lapang kini sebagian besar telah berubah fungsi menjadi  lahan terbangun. Perkembangan teknologi juga membuat permainan tradisional makin terpinggirkan, dan diganti oleh permainan modern yang cenderung berorientasi pada permainan elektronik.

Melihat keadaan tersebut, usaha untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan kembali permainan rakyat Betawi adalah tugas kita bersama, karena bagaimanapun juga permainan-permainan ini merupakan salah satu kekayaan budaya Betawi yang perlu dijaga. Usaha pemetaan permainan rakyat Betawi ini bertujuan untuk penyelamatan kembali salah satu aset bangsa yang terancam  punah, agar keberadaannya masih bisa terdokumentasikan dan dilestarikan

 

Selain sebagai ibu kota negara Indonesia, ternyata Jakarta memiliki banyak permainan tradisional yang kemungkinan besar sudah mulai dilupakan oleh masyarakatnya. Dengan pola kehidupan dan budaya yang dipengaruhi baik dari asing maupun daerah, menjadikan Permainan Tradisional dari (Betawi) Jakarta sudah mulai tergeser dengan permainan modern.

Menurut Bang Indra Sutisna, permainan tradisional Betawi adalah bagian dari kebudayaan masyarakat, baik dari masyarakat Betawi maupun masyarakat daerah lain seperti masyarakat Sunda, Jawa, dan lain-lain. Oleh karena itu, ada kecenderungan permainan di daerah Betawi dengan permainan di daerah lain terdapat kemiripan. Yang membedakan adalah penyebutannya dan peraturan permainannya.

Berikut permainan masyarakat Betawi yang kian sulit ditemui:

1. Gangsing

Gangsing adalah alat permainan yang terbuat dari kayu berbentuk kerucut. Lalu pada ujung kerucut diberi sebuah paku. Cara memainkannya adalah  melilitkan ujung paku dengan seutas tali terus sampai bagian besarnya.

Kemudian dengan teknik tertentu gangsing itu dibanting ke tanah dengan ujung talinya tetap berada di jari-jari pemain. Lamanya gangsing berputar tergantung pada kerasnya lemparan yang dilakukan.

Permainan ini biasanya dilakukan secara berkelompok oleh anak laki-laki. Kadang-kadang ada juga perlombaan, yakni Gangsing orang pertama yang sedang berputar dihantam dengan Gangsing orang kedua atau ketiga.

2. Gundu / Kelereng

Gundu adalah permainan yang terbuat dari bola-bola kecil yang terkadang dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca. Ada beberapa cara bermain gundu atau kelereng. Salah satu di antaranya adalah yang disebut main tombok. Permainan dilakukan dua orang atau lebih, tapi maksimal lima orang. Caranya, pada tanah dibuat lingkaran dari kapur atau arang, atau apa saja, dengan diameter kira-kira 7 cm. Setiap pemain meletakkan satu kelereng sebagai pasangan atau taruhan ke dalam lingkaran itu. Kemudian, para pemain berdiri berjajar di belakang sebuah garis, untuk melakukan undian dengan cara melemparkan gundu gacoannya hingga sedekat mungkin dengan gundu taruhan dalam lingkaran. Biasanya cara bermainnya adalah dengan disentil sekuat mungkin sampai mengenai salah satu gundu yang ditaruhkan. Siapa yang gundu gacoannya paling dekat  dialah yang lebih berhak untuk lebih dulu bermain. Namun kalau ada yang mengenai gundu taruhan itu, dialah yang berhak bermain lebih dulu.

3. Lompat Tali/Karet

Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak perempuan, tapi terkadang anak laki-laki pun ikut nimbrung memainkannya. Permainan lompat tali/karet ini menggunakan media sebuah tali kecil atau karet, sekitar lima meter panjangnya. Kedua ujungnya masing-masing dipegang oleh seseorang, lalu diputar sehingga turun naik ke atas dan ke bawah. Kemudian dua anak lain melompat-lompat mengikuti gerak tali itu dengan hitungan dan gaya tertentu. Jika ia terjatuh, maka rekannya yang lain mendapat giliran untuk melompat

4. Petak Umpet

Petak umpet dulunya sangat populer di kalangan anak-anak Betawi, bahkan sampai kini. Permainan ini biasa dimainkan di tanah lapang luas di malam terang bulan. Permainan ini bisa dimainkan oleh laki-laki dan perempuan serta dimainkan lima atau enam orang anak, bahkan bisa lebih. Setelah melakukan undian, seorang anak akan menutup matanya sementara kawan-kawan yang lain bersembunyi. Bisa di balik pohon, di balik tembok, di belakang gundukan, bahkan di tempat yang tidak terduga. Ini yang menjadi serunya permainan ini. Setelah yang dicari ketemu, si pencari harus berteriak ‘Hong’ dan kemudian  berlari ke titik yang menjadi tempat menutup matanya, biasanya batang pohon. Setelah semua ditemukan, maka permainan diulang kembali dari awal. Begitu seterusnya

5. Tuk-Tuk Ubi

Tuk tuk Ubi biasanya dimainkan oleh beberapa anak perempuan secara beramai-ramai. Jumlahnya bisa sampai 10 orang bahkan lebih, paling sedikit bisa berjumlah 4 orang.  Yang bikin menarik dari permainan ini adalah, salah seorang harus menjadi nenek gerondong atau emak. Tempat bermainnya pun harus bersih karena dilakukan sambil duduk, dan juga tiang atau pohon untuk pegangan. Cara bermainnya, seseorang yang ditunjuk dengan cara Hom pim pa, dan yang kalahlah sebagai nenek gerondong  membawa tongkat datang menghampiri anak-anak yang duduk berbanjar saling memeluk pinggang di belakang emak. Yang paling depan adalah pemimpin yang memegang tiang atau pohon, mereka semua akan menjadi ubi yang akan ditarik oleh si nenek gerondong. Nah, yang tertarik jadi ubi harus membantu si nenek menarik yang lain satu persatu. Tapi sebelumnya terjadi percakapan antara si nenek gerondong dengan si ubi.

6. Galasin

Permainan ini dilakukan oleh sejumlah anak, dibagi dua kelompok. Satu kelompok berada di ujung lapangan dan satu lagi di kiri lapangan. Permainan ini banyak menggunakan aktivitas fisik, karena intinya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos ke garis akhir. Lalu ada seorang anak yang menjaga di garis tengah. Pemain dari kedua kelompok lantas berusaha menyeberangi garis, sedangkan si penjaga berusaha menangkap seorang anak yang menyeberang. Yang tertangkap kemudian ganti menjadi penjaga. Yang menjadi pemenang adalah, jika telah melalui proses bolak balik dalam area yang sudah ditentukan. Permainan ini merupakan permainan grup yang dibagi dua kelompok, dimana masing-masing berjumlah 3-5 orang.

7. Tok Kadal

Permainan ini memang dikenal di Betawi, Tok Kadal disebut juga dengan Kalawadi. Asal mula permainan ini lahir karena anak-anak kaget melihat kadal dan memukulnya hingga kadal melompat sangat jauh. Nah, setelah itu  dibuatlah permainan yang menyerupai memukul kadal itu. Alat permainan berupa kayu bulat dengan panjang kurang lebih 40 cm dan penggetok 10 cm untuk kadalnya. Sebuah lubang dengan batu bata di kanan-kirinya diletakkan berjajar dengan jarak kurang lebih 5 cm. Kayu yang biasa dipakai adalah kayu nangka. Permainan dilakukan oleh dua kelompok. Setelah ketua kelompok (komandan) melakukan undian dengan suit, kelompok yang menang bisa start lebih dulu dan yang kalah akan menjaga. Caranya adalah dengan mencongkel kadal dari lubang setinggi dan sejauh-jauhnya. Kalau tertangkap (bal) oleh kelompok yang jaga, maka pemain dianggap mati dan dilanjutkan pemain kedua. Jika tidak tertangkap, kadal (nyambit) dilempar ke pemukul. Kalau kena maka mati. Tapi kalau tidak kena permainan dilanjutkan.

8. Uler-uleran

Dua orang anak berdiri berhadapan dengan kedua tangannya diangkat sambil berpegangan pada jari. Lalu anak-anak lain berbaris berbanjar ke belakang dengan masing-masing tangan memegang pundak teman yang ada di depan. Rombongan kemudian berjalan meliuk-liuk dengan cepat sambil menyanyikan lagu.

Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Ini dianya yang terbelakang

Pada lagu yang terakhir inilah anak yang memasuki celah kedua tangan akan ditangkap dan dijadikan tawanan.